Usaha budidaya porang telah terbukti mengubah pemulung jadi seorang miliarder. Sampai kini, bisnis ini tetap berpotensi besar karena jumlah permintaan yang tinggi dari luar negeri.
Paidi, seorang pemulung asal Madiun menjadi salah satu bukti bahwa porang bisa mengubah nasib seseorang.
Bila dulu dia fokus mengumpulkan barang bekas dan hidupnya biasa saja, maka hidupnya berubah tatkala mengubah haluan menjadi petani porang atau yang lebih sering dikenal dengan sebutan iles-iles.
Kisah suksesnya sudah dibagikan di banyak tempat seperti acara Kick Andy, internet, hingga lewat kanal Youtube.
Sekarang, tak hanya dia yang berhasil mengubah hidup dari bertani porang. Ada banyak orang lain yang mengerjakan pertanian bersamanya ikut merasakan manfaat dan dampak positifnya.
Bila Anda mau mencobanya, silakan simak ulasan ini sampai selesai karena kami akan membuat rangkuman prospek hingga analisa usahanya.
Prospek dan peluang usaha budidaya porang yang menjanjikan
Sebagaimana judul artikel ini, porang atau iles-iles memang memiliki prospek yang luar biasa. Di antara alasannya adalah karena bisnis pertanian ini masih sepi peminat. Sementara itu, permintaannya sangat banyak dan berasal dari luar negeri.
Info lengkapnya bisa langsung dicek dalam daftar peluang budidaya porang di Indonesia berikut ini:
- Iles-iles merupakan tanaman yang mudah ditanam karena bisa tumbuh di area dengan ketinggian 0-700 mdpl. Artinya, tumbuhan atau umbi-umbian ini sangat cocok ditanam di Indonesia. Asalkan ada pohon naungan, iles-iles akan mudah tumbuh di bawahnya.
- Sebagian besar penduduk Indonesia berprofesi sebagai petani (agraris). Akan tetapi tidak semuanya tahu apa itu porang. Bahkan sampai sekarang masih ada yang awam dan mungkin baru pertama kali mendengar istilahnya.
- Permintaan porang di pasar luar negeri sangat tinggi. Di antara negara yang meminta pasokan iles-iles adalah Australia, Jepang, Tiongkok, hingga Vietnam.
- Ketersediaannya di pasar Indonesia untuk memenuhi permintaan pasar luar negeri masih tergolong kurang. Tahun 2018 lalu, ada 254 ton yang diekspor ke beberapa negara. Sementara penyedia utamanya saat ini hanya dari kota Madiun, Wonogiri, Pasuruan, hingga Bandung.
- Harga iles-iles tergolong mahal dan stabil. Jadi, perhitungan keuntungannya cenderung lebih mudah.
- Cara tanam porang sangat mudah dan potensi gagalnya sangat kecil.
- Modal untuk memulai usaha ini sangat ringan dan bisa disesuaikan dengan budget.
- Lahan pertanian di Indonesia, khususnya di pedesaan masih sangat luas. Terlebih, Anda bisa mengombinasikannya dengan tanaman lain. Yakni dengan pepohonan yang menjadi naungan.
Itulah rangkuman prospek usaha budidaya porang di Indonesia.
Risiko atau kelemahan bisnis porang
Meskipun permintaannya tinggi dan cara budidayanya tergolong mudah, namun bisnis tetaplah bisnis. Selalu ada risiko dan kendala yang patut diwaspadai.
Sumber foto: tropical.theferns.info
Berikut ini adalah beberapa kendala atau kelemahan usaha budidaya porang yang patut diperhatikan:
- Dari awal ditanam sampai siap panen, Anda butuh menunggu selama 3 tahun. Meskipun setelah itu Anda bisa memanennya setiap tahun tanpa perlu menanam umbinya lagi, tapi masa 3 tahun bukanlah waktu yang sebentar untuk menunggu dan memetik hasil panennya.
- Saat ini, jumlah penelitian mengenai porang di Indonesia masih minim. Referensi mengenai tantangannya disamakan dengan tanaman terdekatnya yang mirip, yakni suweg.
- Pada suweg, dari 100 {d1b9aa6f6d8f800a0d49c3fefd648c3ac8a9b6cf158260426eff8252afbe2c9f} bibit yang Anda tanam, kemungkinan akan ada yang gagal akibat terserang hama dan penyakit. Hama dan penyakit yang umum ditemukan adalah virus yang menyebabkan pembusukan pada umbi, batang, daun, dll.
- Teknik pemasaran harus tepat sehingga benar-benar menghasilkan. Inilah ilmu yang cukup minim di Indonesia sebab faktanya ada banyak petani di Indonesia yang terkendala network. Mereka bisa bertani dan memberikan hasil tani terbaik tapi mentok dan tidak tahu cara menjualnya.
Untuk setiap risiko yang tertulis di atas, pada dasarnya sudah ada solusi yang cukup jelas. Berikut ini adalah ulasannya:
- Jika Anda takut menunggu terlalu lama, yakni 3 tahun. Kini sudah info mengenai cara budidaya porang agar cepat panen. Bahkan, waktunya bisa dipangkas menjadi 6 bulan. Silakan cari di internet langsung dan pelajari dengan baik.
- Mengenai teknik budayanya dan jumlah penelitian yang relatif sedikit, hal ini tidak perlu membuat Anda menghentikan niat untuk bertani. Sebab ilmu budidayanya bisa didapatkan seiring berjalannya waktu sambil mengumpulkan pengalaman.
- Khusus untuk masalah hama dan penyakit, pupuk bisa menjadi solusi. Selain itu, Anda harus benar-benar memilih bibit terbaik sebelum menanam. Kalaupun masih ada yang rusak atau gagal pada prosesnya, silakan langsung dibuang atau dipisahkan dengan tanaman yang sehat.
- Untuk teknik pemasarannya bisa dimulai dengan memperluas jaringan. Manfaatkanlah sistem offline seperti komunitas tani dan dinas pertanian atau pemasaran online melalui sosial media untuk membuat network yang luas.
Dengan trik di atas, kemungkinan bisnis Anda sukses akan terbuka lebar.
Analisa modal dan perhitungan keuntungan tanam porang
Salah satu kandungan yang paling terkenal dari iles-iles adalah Glukomanan. Manfaat tanaman ini sangat banyak digunakan baik di dalam maupun luar negeri. Contoh pemanfaatannya adalah untuk membuat chips, kosmetik, hingga lem.
Sumber foto: pinterest.com
Nah, perlu diketahui bahwa analisa usahanya tidak hanya soal cara membudidayakannya saja. Akan tetapi juga membuat porang siap untuk dijual dan dijadikan sebagai bahan-bahan menurut pemanfaatannya di atas.
Berikut ini adalah rangkuman analisa usaha dan modal bertani porang:
Modal usaha yang dibutuhkan
Untuk membudidayakan tanaman ini, silakan pilih lokasi yang strategis sesuai dengan kebutuhan lahan tumbuhnya porang. Luas tanahnya juga harus lumayan atau disesuaikan dengan bujet dan bibit yang ada.
Simak perhitungan di bawah ini:
- Bibit porang 10 kg @ Rp 250.000,-, totalnya 2.500.000,-.
- Cangkul, arit, dan peralatan pertanian lainnya, totalnya sekitar Rp 150.000,-.
- Pupuk sekitar 30 kg @10.000,-, totalnya Rp 300.000,-.
- Timbangan dianggarkan Rp 1.000.000,-.
Dengan biaya-biaya di atas, berarti nominal dana yang dibutuhkan adalah sekitar Rp 3.950.000,-.
Dalam 1 kg bibit, terdapat sekitar 150 sampai 200 katak. Jika diambil nilai tengahnya berarti butuh dalam 1 kg ada 175 katak. Dengan demikian, ada sekitar 10 x 175 = 1.750 katak yang akan ditanam.
Katak tersebut ditanam di atas lahan yang diasumsikan merupakan milik sendiri, jadi tidak perlu sewa sehingga tidak membebani modal awal.
Pendapatan porang per tahun
Setelah satu tahun, porang dapat menghasilkan 2 kg dan harga rata-rata di pasar mencapai Rp 10.000,-. Dengan begitu, berikut perhitungannya:
2 kg x Rp 10.000,- x 1.750 pohon = Rp 35.000.000,-.
Laba usaha budidaya porang
Dengan perhitungan pendapatan di atas berikut modal awal yang dibutuhkan, di bawah ini adalah estimasi labanya:
Rp 35.000.000 – Rp 3.950.000,- = Rp 31.050.000,-
Dalam setahun, Anda mendapatkan keuntungan tersebut dan tidak perlu lagi menanam porang dari awal lagi.
Yang menarik, keuntungannya tidak hanya itu saja. Porang juga bisa menghasilkan katak dan berpotensi untuk dijual.
Dalam 1 pohon, biasanya ada sekitar 5-6 katak. Sementara penjualan katak di pasaran adalah sekitar Rp 150.000,- sampai Rp 250.000,- per kg, nilai tengahnya Rp 200.000,-. Dalam 1 kg terdapat 150 sampai 200 butir. Ambil nilai tengahnya 175.
Perhitungan di bawah ini bisa menjadi gambarannya:
1.750 pohon x 6 katak = 10.500.
10.500 : 175 = 60 kg.
Artinya, Anda berpotensi mendapatkan uang senilai:
60 kg x Rp 200.000,- = Rp 12.000.000,-.
Artinya, keuntungan total yang mungkin didapatkan adalah:
Rp 31.050.000,- + Rp 12.000.000,- = Rp 43.050.000,- dalam setahun.
Bila dihitung per bulan, maka pendapatannya bisa mencapai 3,5 jutaan rupiah.
Itulah prospek, risiko, hingga perhitungan peluang analisa usaha budidaya porang. Dibandingkan dengan usaha budidaya nila, bisnis ini terlihat lebih menggiurkan apalagi jika bisa menanam pohon dalam jumlah besar.