Baru-baru ini, sebuah video yang memperlihatkan seorang dokter muda di RSUD Dr. Pirngadi Medan yang marah-marah dan mengamuk kepada seorang pemilik mobil viral di media sosial. Kejadian tersebut membuat heboh publik dan menjadi perbincangan hangat di kalangan masyarakat. Namun, setelah ditelusuri lebih lanjut, diketahui bahwa dokter muda tersebut sebenarnya adalah seorang mahasiswa koas yang masih dalam tahap pendidikan dan belum resmi menjadi dokter.
Dalam video yang viral tersebut, dokter muda tersebut terlihat sangat emosi dan marah-marah kepada seorang pemilik mobil yang parkir di lokasi yang dianggapnya mengganggu. Dokter muda tersebut meminta pemilik mobil untuk segera memindahkan mobilnya, namun pemilik mobil tersebut menolak dengan alasan bahwa ia telah mengantre dan akan segera kembali.
Tidak terima dengan penolakan tersebut, dokter muda tersebut mulai mengamuk dan memukul mobil tersebut dengan keras menggunakan sebuah tongkat. Aksi tersebut sontak membuat orang-orang di sekitarnya kaget dan cemas, terutama karena lokasi tersebut merupakan area parkir di dekat rumah sakit yang seharusnya dijaga ketertiban dan keamanannya.
Setelah video tersebut viral di media sosial, banyak orang yang merespon dan mengkritik tindakan dokter muda tersebut. Banyak yang menilai bahwa tindakan tersebut sangat tidak pantas dan merusak citra profesi medis yang seharusnya dihormati dan dijunjung tinggi.
Namun, setelah dilakukan penyelidikan lebih lanjut, diketahui bahwa dokter muda tersebut sebenarnya adalah seorang mahasiswa koas yang sedang menjalani praktik klinik di RSUD Dr. Pirngadi Medan. Mahasiswa koas merupakan sebutan bagi mahasiswa kedokteran yang sudah menyelesaikan pendidikan dasar dan sedang menjalani pendidikan klinik di rumah sakit sebagai bagian dari proses pendidikan mereka.
Hal ini menjadi perdebatan di kalangan masyarakat, karena sebagian besar orang menganggap bahwa tindakan tersebut tetap tidak dapat dibenarkan, meskipun pelakunya bukanlah seorang dokter yang sudah memiliki sertifikasi resmi. Sebagai seorang calon dokter, seharusnya ia bisa menunjukkan sikap yang tenang, santun, dan profesional dalam menghadapi situasi apapun, terutama di depan pasien atau keluarganya.
Kepala RSUD Dr. Pirngadi Medan sendiri sudah memberikan pernyataan resmi terkait kejadian tersebut, di mana ia menyatakan bahwa pihak rumah sakit sudah melakukan tindakan tegas terhadap mahasiswa koas tersebut. Pihak rumah sakit juga meminta maaf kepada publik atas tindakan yang dilakukan oleh salah seorang mahasiswa koasnya.
Sebagai bagian dari proses pendidikan, mahasiswa koas biasanya dilibatkan dalam beberapa tugas dan tanggung jawab di rumah sakit, termasuk di antaranya adalah mengurus pasien, melakukan tindakan medis sederhana, dan mengambil sampel darah atau urine. Mereka juga akan belajar meng
enali dan mendiagnosis penyakit, serta meresepkan obat. Namun, hal yang lebih penting adalah bahwa mereka diajarkan untuk menghargai dan menghormati pasien, serta memegang teguh prinsip-prinsip etika dan profesionalisme yang harus dimiliki oleh seorang dokter.
Dalam konteks tersebut, tindakan dokter muda tersebut sangat tidak pantas dan tidak mencerminkan nilai-nilai tersebut. Meskipun ia masih dalam tahap pendidikan, seharusnya ia sudah memiliki pengetahuan dan pengalaman yang cukup untuk bisa mengatasi situasi seperti ini dengan tenang dan profesional.
Masyarakat pun harus sadar bahwa kasus seperti ini bukanlah hal yang terisolasi, dan kemungkinan masih banyak terjadi di berbagai rumah sakit di Indonesia. Oleh karena itu, perlu ada tindakan nyata dari pihak rumah sakit dan pihak terkait lainnya untuk meningkatkan kualitas pendidikan kedokteran dan memastikan bahwa setiap mahasiswa koas mendapatkan pelatihan yang memadai dalam bidang profesionalisme dan etika medis.
Tidak hanya itu, juga perlu ada pengawasan yang ketat dan tegas terhadap mahasiswa koas dan praktikan lainnya di rumah sakit, agar mereka tidak melakukan tindakan yang merugikan pasien atau masyarakat lainnya. Pihak rumah sakit harus memastikan bahwa setiap praktikan atau mahasiswa koas yang terlibat dalam pelayanan medis sudah terlatih dengan baik dan memiliki kemampuan yang memadai dalam menghadapi situasi kritis dan menjaga profesionalisme dalam setiap tindakan medis yang dilakukan.
Dalam rangka mencegah terjadinya kasus serupa di masa depan, diperlukan sinergi dan kolaborasi dari berbagai pihak, baik dari pihak rumah sakit, perguruan tinggi, maupun dari masyarakat itu sendiri. Selain itu, juga perlu adanya kampanye edukasi yang lebih gencar tentang pentingnya etika dan profesionalisme dalam pelayanan medis, terutama kepada para mahasiswa koas dan praktikan.
Kasus viral dokter muda di RSUD Dr. Pirngadi Medan yang mengamuk ke pemilik mobil menjadi pelajaran berharga bagi semua pihak yang terkait dalam dunia kesehatan. Diperlukan upaya yang lebih serius dan terkoordinasi untuk meningkatkan kualitas pendidikan kedokteran dan meningkatkan kesadaran etika dan profesionalisme dalam pelayanan medis, sehingga tercipta lingkungan yang lebih aman, nyaman, dan profesional bagi masyarakat yang membutuhkan pelayanan kesehatan.